Gerakan anti globalisasi merayakan kemunculannya di Seattle pada tahun 1999, ketika ribuan aktivis dan anggota serikat buruh memprotes putaran baru negosiasi perdagangan di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization, atau WTO). Berjuta orang datang ke demonstasi-demonstasi ini karena adanyanya suatu pernyataan anti-WTO yang sebelumnya bersirkulasi di internet dan ditandatangani oleh sekitar 1.500 kelompok, mulai dari kelompok gereja hingga komunis militan. Tuduhan pertama mereka terhadap WTO dalam pernyataan tersebut adalah bahwa perdagangan bebas dan globalisasi:
"telah berkontribusi terhadap terjadinya pemusatan kekayaan di tangan sebagian kecil orang yang kaya; meningkatkan kemiskinan sebagian besar populasi dunia; dan pola-pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan."
Kemiskinan juga merupakan masalah utama jika anda membaca kerya-karya penulis dan pembuat teori anti-globalisasi. Mereka memandang bahwa globalisasi membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Apakah benar demikian?
Friedrich Naumann Stiftung Indonesia mencoba menerbitkan makalah Johan Norberg tentang Globalisasi dan Kaum Miskin ini guna memperkaya pemahaman kita tentang globalisasi dan tak hanya datang dari para penentang globalisasi. Johan Norberg adalah mantan Kepala Bidang Gagasan Politik di lembaga think tank Timbro, di Stockholm. Swedia. Ia juga menulis sebuah buku yang telah banyak diterjemahkan keberbagai bahasa dengan judul "In Defense of Global Capitalism" (Timbro, 2001). Anda dapat mengunjungi websitenya www.johannorberg.net atau Timbro di www.timbro.com
Rabu, 16 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar