JAKARTA--Banjir merupakan masalah yang kompleks dan erat kaitannya dengan lingkungan. Menurut Kepala Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gadis Sri Haryani, kerusakan lingkungan menjadi faktor penyebab banjir yang harus diatasi bersama.
''Sebenarnya, masalah banjir ini lebih karena frekuensi hujan yang tinggi secara terus-menerus dan berlangsung lama. Namun, bila daya dukung lingkungannya baik dan fungsi tanah sebagai resapan air berjalan, maka banjir ini bisa teratasi,'' katanya saat dihubungi di Jakarta, Rabu (24/03) malam.
Jumlah air yang sangat banyak di satu waktu yang panjang, sambungnya, akan melebihi dari daya tampung tempat-tempat aliran air, seperti sungai, waduk, dan lain-lain. Sebenarnya, kalau diamati, air memiliki siklus yang tetap, yaitu hujan, masuk ke bumi, sungai, atau meresap.
Lalu air menguap, membentuk awan dan kemudian hujan. ''Jumlah air di bumi itu tetap dari waktu ke waktu,'' paparnya
Hanya, katanya lagi, pada saat-saat tertentu, air yang jatuh ke bumi dalam jumlah yang besar yang melebihi daya tampung sungai. Kondisi di hulu sebagai resapan air sudah tak memadai, karena kemampuan tanah untuk meresap air tak berfungsi baik. Akibatnya, larian air di permukaan tanah mengalir dengan cepat ke hilir, lalu terkumpul di tempat-tempat yang sangat terbatas kemampuan tampungannya.
''Ini terjadi karena kerusakan lingkungan dengan menurunnya daya tanah untuk meresap air, pengubahan tata guna lahan, hutan-hutan jadi pemukiman, industri, bangunan-bangunan beton, dan lainnya. Semua itu mengakibatkan tak adanya kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah,'' jelasnya.
Banjir juga akan mendatangkan masalah lainnya. Gadis menjelaskan, air yang diserap tanah akan jauh menurun sehingga air dalam tanah jauh berkurang. Air akan cepat mengalir ke laut. ''Akibatnya, di musim kemarau, terjadi kekeringan. Air tanah sedikit untuk menjadi air baku,'' paparnya.
Rabu, 16 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar